Rabu, 25 Januari 2017

CARA BERTAUBAT

Taubat, Muara Terindah bagi Seorang Hamba Laksana musafir yang singgah sejenak di suatu tempat, sekedar untuk beristirahat dan mengumpulkan bekal, lalu melanjutkan perjalanannya kembali hingga sampai ke tempat tujuannya. Demikianlah hakikat kehidupan manusia di muka bumi ini, bahwa setiap kita hakikatnya adalah musafir yang sedang berjalan menuju kampung kita yang sejati, yaitu negeri akhirat yang kekal.
Maka sudah sepantasnya kita mempersiapkan diri dan berbekal dengan ketakwaan untuk kehidupan kita yang sesungguhnya, yaitu kehidupan yang tidak ada kematian lagi setelahnya, yang ada hanyalah kebahagian selama-lamanya ataukah sebaliknya: adzab yang panjang.
Namun sudah menjadi tabiat manusia tergelincir dalam dosa, padahal tidaklah manusia itu diciptakan kecuali semata-mata untuk beribadah kepada Allah Ta’ala, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Maka tatkala seseorang tergelincir ke dalam lembah kenistaan, hendaklah ia segera kembali kepada Allah subhanahu wa ta’ala, meninggalkan kesalahannya dan bertekad untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut di masa datang. Inilah suatu amalan besar yang dinamakan dengan taubat.

Makna Taubat
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah menerangkan, “Makna taubat secara bahasa adalah kembali, sedangkan menurut perngertian syar’i taubat adalah kembali dari maksiat kepada Allah Ta’ala menuju ketaatan kepada-Nya. Dan taubat yang paling agung serta paling wajib adalah taubat dari kekafiran kepada keimanan.
Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ لِلَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ يَنْتَهُوا يُغْفَرْ لَهُمْ مَا قَدْ سَلَف
“Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu, Jika mereka berhenti (bertaubat dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka yang telah lalu.” (Al-Anfal: 38)
Kemudian tingkatan taubat berikutnya adalah taubat dari dosa-dosa besar, berikutnya taubat dari dosa-dosa kecil. Dan wajib bagi setiap manusia untuk bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari setiap dosa.” (Syarhu Riyadhis Shalihin, 1/38)

Kewajiban Bertaubat
Bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan kewajiban yang diperintahkan Allah Ta’ala, sebagaimana firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nashuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.” (At-Tahrim: 8)
Juga firman Allah Ta’ala:
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An-Nur: 31)
Dalam hadits Nabi shallallahu’alaihi wa sallam:
عن الأَغَرِّ بنِ يسار المزنِيِّ – رضي الله عنه – ، قَالَ : قَالَ رَسُول الله – صلى الله عليه وسلم – : ((يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ فَإِنِّى أَتُوبُ فِى الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ)) رواه مسلم
Dari al-Agar bin Yasar radhiyallahu’anhu beliau berkata, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah Ta’ala, sesungguhnya aku bertaubat kepada-Nya dalam sehari seratus kali.” (HR. Muslim, no. 7034)
Al-Imam Ibnu Qudamah rahimahullah berkata, “Para Ulama telah sepakat (ijma’) atas wajibnya taubat, karena perbuatan-perbuatan dosa dapat membinasakan pelakunya dan menjauhkannya dari Allah Ta’ala, maka wajib menghindarinya dengan segera.”
Jadi, kewajiban taubat harus dilaksanakan dengan segera dan tidak boleh ditunda-tunda, karena semua perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu’alaihi wa sallam harus dilaksanakan dengan segera jika tidak ada dalil yang membolehkan penundaannya. Bahkan para ulama menjelaskan bahwa menunda taubat merupakan suatu perbuatan dosa yang membutuhkan taubat tersendiri.

Syarat-syarat Taubat
Pertama: Ikhlas
Hendaklah seorang bertaubat dengan niat yang ikhlas, yaitu semata-mata mencari keridhaan Allah Ta’ala dan agar mendapatkan ampunan-Nya, bukan karena ingin dipertontonkan kepada manusia (riya’), atau hanya karena takut kepada penguasa, ataupun kepentingan-kepentingan duniawi lainnya. Karena taubat kepada Allah Ta’ala adalah termasuk ibadah yang harus memenuhi dua syarat, yaitu ikhlas dan mutaba’ah (mencontoh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam).
Kedua: Menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukan
Karena penyesalan menunjukkan kejujuran taubat seseorang, oleh karenanya Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
النَّدَمُ تَوْبَة
“Penyesalan adalah taubat.” (HR. Ibnu Hibban dan Al-Hakim, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shohihut Targhib, no. 3146, 3147)

Ketiga: Meninggalkan dosa
Meninggalkan dosa termasuk syarat taubat yang paling penting, sebab itu adalah bukti benarnya taubat seseorang, maka tidak diterima taubatnya apabila ternyata dia masih terus-menerus melakukan dosa tersebut.
Al-Imam Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata, “Permohonan ampun tanpa meninggalkan dosa adalah taubatnya para pendusta.” (Tafsir Al-Qurthubi, 9/3)
Adapun cara meninggalkan dosa, jika berupa kewajiban yang ditinggalkan; adalah dengan melaksanakan kewajiban itu. Sedangkan dosa melakukan perbuatan haram, maka wajib untuk segera meninggalkan perbuatan haram tersebut dengan segera dan tidak boleh terus melakukannya meskipun hanya sesaat.

Keempat: Bertekad untuk tidak mengulang kembali perbuatan dosa tersebut di masa mendatang
Apabila di dalam hati seseorang masih tersimpan keinginan untuk kembali melakukan dosa tersebut jika ada kesempatan, maka tidak sah taubatnya.

Kelima: Apabila dosa tersebut berupa kezaliman kepada orang lain, maka harus meminta maaf dan atau mengembalikan hak-hak orang lain yang diambil dengan cara yang batil
Seperti apabila seseorang pernah mencaci orang lain maka hendaklah dia meminta pemaafan orang tersebut, atau seorang yang pernah mencuri harta orang lain maka hendaklah dia meminta maaf dan mengembalikan harta tersebut atau meminta penghalalannya.

Bahaya Perbuatan zalim
Kezaliman kepada orang lain merupakan dosa besar yang mengakibatkan kebangkrutan besar pada hari kiamat. Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ. قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ. فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِى يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِى قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِى النَّارِ
“Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut itu?” Mereka menjawab, “Orang yang bangkrut adalah orang yang tidak (lagi) memiliki dinar dan harta”. Maka Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari ummatku adalah seorang yang datang (menghadap Allah Ta’ala) pada hari kiamat dengan (membawa pahala) sholat, puasa, zakat, namun ketika di dunia dia pernah mencaci fulan, menuduh fulan, memakan harta fulan, menumpahkan darah fulan, memukul fulan. Maka diambillah kebaikan-kebaikan yang pernah dia lakukan untuk diberikan kepada orang-orang yang pernah dia zalimi. Hingga apabila kebaikan-kebaikannya habis sebelum terbalas kezalimannya, maka kesalahan orang-orang yang pernah dia zalimi tersebut ditimpakan kepadanya, kemudian dia dilempar ke neraka.” (HR. Muslim, no. 6744)

Keenam: Taubat harus pada waktunya
Apabila seseorang baru mau bertaubat setelah lewat waktunya, maka taubatnya tidak akan diterima oleh Allah Ta’ala. Adapun waktu diterimanya taubat untuk setiap manusia adalah sebelum kematian datang menjemputnya. Allah Ta’ala berfirman:
وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآَنَ وَلَا الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ أُولَئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا
“Dan tidaklah taubat itu diberikan kepada orang-orang yang mengerjakan kejahatan sampai ketika datang kematian kepada salah seorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang”. Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati dalam keadaan kafir, bagi mereka telah Kami sediakan siksa yang pedih.” (An-Nisa’: 18)
Sedangkan waktu diterimanya taubat untuk keseluruhan manusia adalah selama matahari belum terbit dari barat. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِىءُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِىءُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا
“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla membentangkan tangan-Nya di waktu malam agar bertaubat orang yang berbuat salah pada siang hari. Dan membentangkan tangan-Nya di waktu siang agar bertaubat orang yang berbuat salah pada malam hari, (hal ini terus terjadi) sampai terbit matahari dari barat.” (HR. Muslim, no. 7165)

Ketujuh: Menerangkan kebenaran

Jika pelaku suatu dosa adalah pengajak atau penyeru kepada dosa tersebut maka wajib atasnya untuk menerangkan kepada ummat (terutama kepada pengikutnya) bahwa hal itu adalah kesalahan atau kesesatan. Demikian pula, apabila dosanya berupa menyembunyikan kebanaran, maka wajib baginya untuk menerangkan kebenaran tersebut.
Berdasarkan firman Allah Ta’ala:
إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللاعِنُونَ * إِلا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itu Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” (Al-Baqarah: 159-160]

Bahaya Meremehkan Dosa
Inilah salah satu penghalang taubat, yaitu ketika seseorang meremehkan perbuatan dosa yang dia lakukan karena menganggapnya sebagai dosa kecil. Justru apabila seseorang menganggap remeh perbuatan maksiatnya kepada Allah Ta’ala maka dia telah terjatuh pada dosa besar, karena perbuatan menganggap remeh dosa merupakan satu bentuk dosa besar.
Dan dosa kecil sekali pun apabila dilakukan terus menerus, tentu akan menjadi dosa besar, sebagaimana hakikat lautan yang luas hanyalah kumpulan tetesan-tetesan air yang sanggup menjadi ombak yang besar. Demikianlah dosa-dosa kecil, apabila berkumpul pada diri seseorang niscaya akan membinasakannya. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
إياكم ومُحقراتُ الذنُوبِ، كقَومٍ نَزلُوا في بطْنِ وادٍ فجاءَ ذا بعودٍ ، وجاء ذا بعودٍ حتى أنضَجُوا خبزتهم ، وإنَّ محقَّراتِ الذُّنوب متى يُؤخذ بها صاحبُها تُهلِكْهُ
“Hati-hatilah dengan dosa-dosa kecil, (karena dosa-dosa kecil itu) bagaikan suatu kaum yang turun di suatu lembah dan masing-masing orang membawa satu ranting kayu bakar yang pada akhirnya bisa menyalakan api hingga mereka bisa memasak roti mereka. Demikianlah dosa-dosa kecil, apabila berkumpul dalam diri seseorang niscaya akan membinasakannya.” (HR. Thabrani, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shohihah, no. 3102)
Maka hendaklah setiap kita bersegera untuk bertaubat kepada Allah Ta’ala, terlebih lagi ketika kita tidak mengetahui kapan kita akan dipanggil oleh Allah Ta’ala dan berpisah dengan kehidupan dunia ini, untuk kemudian dimintai pertanggungjawaban atas setiap perbuatan kita.
Dan janganlah seseorang berputus asa dari rahmat dan ampunan Allah Ta’ala betapa pun besarnya dosa yang telah dia kerjakan, karena hakikat seorang hamba yang baik bukanlah yang tidak pernah berbuat dosa sama sekali, tapi hamba Allah Ta’ala yang terbaik adalah seorang yang apabila dia berbuat dosa, dia senantiasa bertaubat kepada Allah Ta’ala. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam:
كُلُّ بنِي آدَمَ خَطَّاءٌ ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
“Setiap anak adam senantiasa berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah yang senantiasa bertaubat.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shohihut Targhib, no. 3139)
 sumber:https://amininoorm.wordpress.com/2011/12/27/cara-bertaubat/comment-page-1/#comment-15714

BROKEN HOME (bukan alasan untuk tidak sukses)

 
BROKEN HOMERumah rusak. Rusak disini bukan karena bencana alam semacam gempa bumi, banjir ataupun longsor. ‘Rumah Rusak’ adalah sebuah peribahasa atau istilah yang menggambarkan fenomena sebuah tatanan keluarga yang ‘tidak berhasil’ menjalakan fungsi keluarga yang semestinya. Sebagaimana arti secara kasat mata, rumah yang rusak bisa jadi atapnya bolong sehingga ketika hujan airpun masuk, juga bisa jadi acak-acakan berhamburan dan blingsatan.
Intinya tidak ada keharmonisan di dalamnya, namun belum tentu yang tidak harmonis itu adalah broken home, karena masih banyak keluarga yang bertahan kokoh walaupun kadang harmonis dan kadang tidak harmonis.

Banyak Orang sukses yang berasal dari keluarga broken home? Mungkin untuk pertanyaan ini sebagian dari kita masih ragu-ragu menjawabnya. Banyak yang berpendapat bahwa orang yang sukses, kebanyakan berasal dari keluarga yang lengkap dan bahagia karena cinta kasih dari keluarga adalah salah satu kunci untuk membuat motivasi untuk maju semakin besar. Namun ternyata, tidak sedikit juga anak-anak yang berasal dari keluarga broken home, alias memiliki orang tua yang bercerai atau bahkan hanya memiliki satu orang tua, yang bisa sukses luar biasa. Yuk kita lihat siapa saja mereka. (cekibroot).....

-Oprah Winfrey-


Siapa yang tidak kenal Oprah Winfrey? Dikenal sebagai seorang presenter sebuah talkshow sukses, ternyata tidak banyak yang tahu bahwa Oprah, yang bernama asli Orpah, punya masa kecil yang tidak biasa. Oprah terlahir dari seorang ibu yang masih berusia remaja dan hidup miskin. Ibunya bahkan tidak dinikahi dan harus hidup dalam kemiskinan karena ibunya hanyalah seorang pembantu rumah tangga. Setelah Oprah lahir, ibunya pergi untuk bekerja selama enam tahun dan dia dititipkan pada neneknya. Saking miskinnya, Oprah bahkan hanya bisa memakai baju yang terbuat dari karung kentang sehingga membuat dia sering menjadi bahan olok-olok temannya. Pada usia 9 tahun, Oprah mengaku pernah diperkosa dan hamil pada usia 14 tahun, dan akhirnya anaknya meninggal dunia saat masih bayi. Hidup dengan sejarah masa lalu yang kelam tidak membuat Oprah lalu minder dan patah semangat. Dia kemudian menjadi wartawan dan akhirnya memiliki acara talkshow-nya sendiri yang sukses luar biasa, The Oprah Winfrey Show 

-Justin Bieber-

Bieber dibesarkan oleh ibunya dan dibantu oleh kakek-neneknya dari pihak ibu. Ibunya berpenghasilan rendah. Lalu ayahnya menikah dengan wanita lain dan mempunyai dua anak dari istrinya. Walaupun cuma dibesarkan oleh ibunya, Bieber tumbuh menjadi anak yang aktif dan kemampuan musiknya sangat menonjol. Beruntung Bieber punya ibu yang sangat memahami dirinya. Ibunya tahu dia memiliki bakat musik yang luar biasa sehingga mengunggah video anaknya saat sedang menyanyi di sebuah kompetisi. Saat itulah ada pencari bakat yang melihat talenta Bieber yang akhirnya menjadi terkenal dan jadi idola abg-abg di seluruh dunia ("Aaaaarrrrgggghhh... Bieber ai lop yuh!!!" Kemudian pingsan.)

-Eminem-
Cerita masa kecil rapper yang satu ini lebih sedih lagi. Dia bahkan tidak mengenal ayahnya karena sejak berumur 18 bulan, ayahnya telah pergi meninggalkannya. Akhirnya artis bernama asli Marshall Bruce Mathers III ini tinggal bersama ibunya. Pada umur 14 tahun, Eminem mulai tertarik pada musik rap dan mulai bernyanyi rap. Sayangnya pada usia 17 tahun dia dikeluarkan dari sekolah karena nilai-nilainya yang turun dan sering membolos. Tapi kecintaannya pada rap semakin membuat Eminem menekuninya dan sekarang dia telah menjadi rapper yang tidak lagi dipandang sebelah mata. Selain menjadi rapper, dia juga bermain dalam filmnya yang berjudul 8 Mile.
Anak brokent home yang menjadi tokoh negarawan atau bahkan bisa dikatakan tokoh dunia. ini dia 2 tokoh tersebut.. (cekibroot)...

 -Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-

Siapa yang sangka, presiden RI yang ke 6 ini dulunya juga berasal dari keluarga broken home ini. SBY mengakui pernah goncang akibat perceraian orangtuanya yang terjadi ketika ia remaja. Sang Ibu tak menikah lagi dan tinggal di Blitar, Jawa Timur, sedang ayahnya menikah lagi beberapa tahun lalu dan bermukim di Pacitan " Di persimpangan itu, saya bersumpah harus keluar dari situasi broken home dan menjadi seseorang, " ujar SBY mengenang masa remajanya.

-Barrack Obama-
Presiden berkulit hitam pertama di Amerika juga salah seorang broken homers. Orang tuanya bertemu di tahun 1960 ketika menghadiri acara di University of Hawaii di Mānoa, di mana ayahnya adalah seorang pelajar asing. Pasangan ini kemudian menikah pada 2 Februari 1961, mereka terpisah ketika Obama adalah berumur dua tahun dan bercerai pada tahun 19 64. Ayah Obama kembali ke Kenya dan melihat anaknya hanya sekali lagi sebelum mati dalam sebuah kecelakaan mobil pada tahun 1982. Setelah bercerai, ibunya menikah dengan mahasiswa Indonesia Lolo Soetoro, mereka bertemu ketika menghadiri sebuah kuliah di Hawaii. Kemudian, Obama beserta keluarganya pindah ke Indonesia. Obama kecil kemudian bersekolah di sekolah Lokal di Jakarta, seperti Besuki Publik dan Sekolah Santo Fransiskus Sekolah Asisi, sampai dia berumur sepuluh tahun.

      Jika kalian (para pemuda) termasuk dalam barisan yang menganggap kegagalan kalian disebabkan karena ulah orang tua, maka seyogyanya berintrospeksi dan ubahlah pola pikir. Banyak orang yang bisa meraih sukses meski tumbuh dan berkembang di tengah keluarga yang broken home, atau orang tua dengan segudang tuntutan. Semestinya hal-hal tersebut bisa menjadi motivasi bagi kita untuk bangkit dan memperbaiki keadaan. Selama orang tua masih men-support secara fiansial maka tidak ada alasan bagi kalian untuk drop out dan berkacau ria dalam kehidupan.
Lalu kenapa anak broken home ada yang lari ke narkoba, seks bebas atau bahkan bunuh diri? Mereka mencari kasih sayang ditempat lain, mencari tempat yang bisa membuat mereka melupakan permasalahan yang ada di keluarganya.Bagi anak-anak broken home, yuk salurkan pikiran kita ke hal-hal positif seperti ke pelajaran di sekolah atau hal produktif lain yang sesuai minat kalian seperti musik, menulis, olahraga, dll. Jadikan masalah yang ada dirumah menjadi 'cambuk' buat kalian supaya jadi anak yang membanggakan. Lihatlah contoh orang sukses diatas, mereka fokus ke hal-hal yang mereka sukai dan akhirnya menekuni dan menjadi sukses luar biasa. "Ah kalo berteori sih memang mudah!" kata salah satu anak broken home.Tapi apa salahnya kan untuk mencoba!! Memang perceraian pasti akan membawa dampak psikologis bagi anak-anak. Seperti saya, sesuatu yang berhubungan dengan keluarga pasti menjadi hal yang sangat sensitif buat saya, baik itu film, foto, cerita, dll. Tapi saya tidak ingin membuat ibu saya sedih jadi saya bertekad untuk jadi anak yang sukses dan membanggakan.

Ini hidup kalian, bukan hidup orang tua kalian. Kalianlah yang menentukan masa depan kalian sendiri, bukan orang tua kalian. Jika kalian berfikir bahwa kalian adalah objek penderita dari semua permasalahan kedua orang tua kalian maka kalian keliru. Percaya deh, orang tua kalian jauh lebih terluka dari kalian. Perceraian itu menyakitkan, jika menjadi kacau dan tidak berprestasi dengan mengkambing hitamkan perceraian mereka.Hidup harus terus berjalan, engkau tidak sendiri banyak orang yang menyayangimu tanpa kau sadari.
hampa
Dunia mu seakan hilang
Bahkan sebuah senyum
Tak bisa menutupi kesedihan
Ku lihat dari sudut lain
Rasanya kau ingin mengakhiri
Ini memang hanya sebuah ujian
Tapi tak semudah menggunakan logika
Coba lihat di belakang
Orang yang kau cinta
Selalu setia menunggu
Dan siap menarik mu kembali
Anggaplah pohon bambu itu sebagai contoh perumpamaan seorang manusia
Bambu tidak pernah ada yang tumbuh sendiri, dia pasti akan terlihat biasa saja dan mungkin tanaman yang rapuh
Tapi jika bambu itu tumbuh berdampingan dengan bambu lain, maka ia akan terlihat indah dan kuat
Begitu pun sebaliknya dengan manusia.
Anggap lah sebuah ujian yang kau rasakan sekarang ini sebagai awal dari keberhasilan mu nanti.
Tuhan tidak mungkin memberikan cobaan melampaui batas kemampuan manusia itu sendiri.



Tulisan ini dibuat tidak untuk menggurui tapi untuk saling menyemangati satu sama lain. Saling mengingatkan dan menguatkan (berasa Mario Teguh nih :p). Menjadi anak broken home bukan akhir dari dunia, teman. Tuhan hanya sedang mengujimu. Karena banyak dari kisah sahabat-sahabat saya yang merasakan "broken home" maka sedikit banyak saya tahu rasanya dan tidak hanya mengarang-ngarang dan berempati. Kalau saya dan para artis diatas itu bisa (merasa jadi salah satu artis euy hahaha), maka kalianpun bisa. Syukurilah keadaan ini. Bagi yang bukan broken home, bersyukurlah banyak-banyak dan sayangi orang tua kalian. Ukir prestasi yang besar. Masa kalah sama anak broken home :p. Akhir kata saya ucapkan, SEMANGAT!
sumber:https://sastraindproject.blogspot.co.id/2015/06/broken-home-bukan-alasan-untuk-tidak.html?showComment=1485413412045

Muslimah Sederhanalah dalam Berpenampilan


Seorang Muslimah yang menyadari  akan agamanya selalu memperhatikan kesederhanaan dalam segala hal, termasuk berpakaian juga berpenampilan. Dia berusaha untuk berpenampilan  sesuai syari’at, tidak berlebih-lebihan dan tidak menunjukkan kesombongan.
Ia tidak mengikuti gaya berpenampilan layaknya orang kafir yang mengajak untuk berlebih lebihan dalam berpakaian maupun berhias. Dengan mengikuti mode yang tidak mengenal batas.
Muslimah yang selalu berpenampilan dalam batas-batas kesederhanaan yang telah diterangkan Al Quran, sebagaimana Allah berfirman :
وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا
Artinya: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian (sederhana).” (Al-Furqan [25]: 67).
Muslimah juga harus berhati-hati agar tidak terperangkap dan tidak diperbudak oleh mode atau fashion yang ditebar di rumah-rumah juga toko designer luar.  Muslimah tidak mudah tergiur oleh rayuan designer yang menampilkan pakaian-pakaian tidak syar’i. Muslimah selalu menghindari pakaian dan penampilan yang telah diperingatkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Beliau bersabda
تَعِسَ عَبْدُ الدِّرْهَمِ تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ ؛ تَعِسَ عَبْدُ الْقَطِيفَةِ ؛ تَعِسَ عَبْدُ الْخَمِيصَةِ
Artinya: “Celakalah hamba dinar, hamba dirham, hamba kain sutera, hamba beludru. Apabila diberi dia ridha, dan jika tidak diberi dia tidak ridha.” (HR Bukhari, Kitab Al-Jihad).
Ia mengerti bahwa wanita Muslimah memiliki petunjuk agama yang melindunginya dari ketergelinciran, kesombongan, kebanggaan , kekaguman dan penampilan yang menjadi sumber kerusakan.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya: “Ketika ada orang yang melenggang dengan penuh kesombongan dan berjalan dengan penuh kecongkakan, yang kagum pada dirinya sendiri, maka Allah akan menancapkannya ke bumi, dan dia masih terus tenggelam di dalamnya sampai Hari Kiamat kelak.” (HR Bukhari, Kitab Al-Libas wa Az-Zinah).
Jadi, sesungguhnya wanita Muslimah akan menghiasi dirinya dengan perhiasan yang halal dalam berpenampilan dengan keindahan yang sesuai atas apa yang disyari’atkan agamanya. Ia juga akan mengenakan pakaian yang bersih dan bagus dengan tidak menyimpang atau berlebih lebihan. Semua yang ditentukan oleh Allah adalah kebaikan yang dihalalkan-Nya juga kesederhanaan yang diserukan agama Islam.
Wanita yang sederhana lagi bijak dengan wanita yang berlebih lebihan dan tidak bisa menggunakan akalnya memiliki perbedaan nyata.
Wanita Muslimah yang sadar akan aturan  dalam Islam tidak akan berpakaian, berhias atau berpenampilan yang berlebih-lebihan. Ia juga tidak terlalu kikir untuk membeli pakaian atau membeli sesuatu yang mendukung penampilanya. Atau bahkan sama sekali tidak mau berhias dan berpenampilan baik dengan landasan mengenakan pakaian karena mensyukuri nikmat Allah, menutup aurat, dan menunjukkan ketaatannya, maka dia akan mendapatkan pahala. Sebaliknya wanita yang selalu ingin bernampilan mewah karena ingin dipandang manusia, sombong lagi membanggakan diri atas teman teman wanitanya merupakan perbuatan dosa.
Wanita Muslimah yang tidak mau mengenakan pakaian bagus karena kikir atau bakhil, maka ia tidak akan mendapatkan tempat juga penghormatan di dalam jiwa orang lain serta tidak mendapatkan pahala dari Allah. Syaikh Islam Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan Muslimah dalam agama dan dunianya terletak pada kesederhanaan dan penghematan dalam segala hal tidak berlebihan tidak pula terlalu kikir.
Demikianlah sikap yang harus dimiliki oleh seorang Muslimah yang mengerti akan agamanya dan berpegang teguh atas hukum-hukum yang sudah Allah tetapkan. Apa yang dilakukannya adalah semata-mata hanya untuk mensyukuri nikmat Allah. (T/sfh/K08/P4).
sumber:http://mirajnews.com/2016/02/muslimah-sederhanalah-dalam-berpenampilan.html/100434

JANGAN SAMPAI TINGGALKAN SHALAT 5 WAKTU!!



Tak kenal maka tak sayang. Peribahasa ini nampaknya menjadi sebab utama, kenapa banyak dari kaum muslimin tidak mengerjakan shalat. Tak usah jauh-jauh untuk melaksanakan sholat sunnah, sholat 5 waktu yang wajib saja mereka tidak kerjakan padahal cukup 10 menit waktu yang diperlukan untuk melaksanakan shalat dengan khusyuk. Bukan sesuatu yang mengherankan, banyak kaum muslimin bekerja banting tulang sejak matahari terbit hingga terbenam. Pertanyaannya, kenapa mereka melakukan hal itu? Karena mereka mengetahui bahwa hidup perlu makan, makan perlu uang, dan uang hanya didapat jika bekerja. Karena mereka mengetahui keutamaan bekerja keras, maka mereka pun melakukannya. Oleh karena itu, dalam tulisan yang singkat ini, kami akan mengemukakan pembahasan keutamaan shalat lima waktu dan hukum meninggalkannya. Semoga dengan sedikit goresan tinta ini dapat memotivasi kaum muslimin sekalian untuk selalu memperhatikan rukun Islam yang teramat mulia ini.
Kedudukan Shalat dalam Islam
Shalat memiliki kedudukan yang agung dalam islam. Kita dapat melihat keutamaan shalat tersebut dalam beberapa point berikut ini[1].
1) Shalat adalah kewajiban paling utama setelah dua kalimat syahadat dan merupakan salah satu rukun islam
Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda, “Islam itu dibangun di atas lima perkara, yaitu: bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, mengeluarkan zakat, mengerjakan haji ke Baitulloh, dan berpuasa pada bulan Ramadhan.”[2]
2) Shalat merupakan pembeda antara muslim dan kafir
Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda, “Sesungguhnya batasan antara seseorang dengan kekafiran dan kesyirikan adalah shalat. Barangsiapa meninggalkan shalat, maka ia kafir” [3]. Salah seorang tabi’in bernama Abdullah bin Syaqiq rahimahullah berkata, “Dulu para shahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah pernah menganggap suatu amal yang apabila ditinggalkan menyebabkan kafir kecuali shalat.”[4]
3) Shalat adalah tiang agama dan agama seseorang tidak tegak kecuali dengan menegakkan shalat
Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Inti (pokok) segala perkara adalah Islam dan tiangnya (penopangnya) adalah shalat.”[5]
4) Amalan yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala  mengatakan,’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.”  Dalam riwayat lainnya, ”Kemudian zakat akan (diperhitungkan) seperti itu. Kemudian amalan lainnya akan dihisab seperti itu pula.”[6]
5) Shalat merupakan Penjaga Darah dan Harta Seseorang
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ”Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mau mengucapkan laa ilaaha illalloh (Tiada sesembahan yang haq kecuali Allah), menegakkan shalat, dan membayar zakat. Apabila mereka telah melakukan semua itu, berarti mereka telah memelihara harta dan jiwanya dariku kecuali ada alasan yang hak menurut Islam (bagiku untuk memerangi mereka) dan kelak perhitungannya terserah kepada Allah Ta’ala.”[7]
Keutamaan Mengerjakan Shalat 5 waktu
Shalat memiliki keutamaan-keutamaan berupa pahala, ampunan dan berbagai keuntungan yang Allah sediakan bagi orang yang menegakkan sholat dan rukun-rukunnnya dan lebih utama lagi apabila sunnah-sunnah sholat 5 waktu dikerjakan, diantara keutamaan-keutamaan tersebut adalah:
1) Mendapatkan cinta dan ridho Allah
Orang yang mengerjakan shalat berarti menjalankan perintah Allah, maka ia pantas mendapatkan cinta dan keridhoan Allah. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah (wahai muhammad): “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran: 31)
2) Selamat dari api neraka dan masuk kedalam surga
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al Ahzab: 71). Syaikh Abu Bakr Jabir Al Jazairi Rahimahullahu ta’ala berkata, “Yang dimaksud dengan kemenangan dalam ayat ini adalah selamat dari api neraka dan masuk kedalam surga”[8]. Dan melaksanakan sholat termasuk mentaati Allah dan Rasul-Nya.
3) Pewaris surga Firdaus dan kekal di dalamnya
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh beruntung orang-orang yang beriman dan orang-orang yang memelihara sholatnya mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al Mu’minun: 1-11)
4) Pelaku shalat disifati sebagai seorang muslim yang beriman dan bertaqwa
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al Baqarah: 2-3)
5) Akan mendapat ampunan dan pahala yang besar dari  Allah
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu’min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta’atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al Ahzab: 35)
6) Shalat tempat meminta pertolongan kepada Allah sekaligus ciri orang yang khusyuk
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” (QS. Al Baqarah: 45)
7) Shalat mencegah hamba dari Perbuatan Keji dan Mungkar
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Ankabut: 45)
Hukum Meninggalkan Shalat
Di awal telah dijelaskan bahwa shalat merupakan tiang agama dan merupakan pembeda antara muslim dan kafir. Lalu bagaimanakah hukum meninggalkan shalat itu sendiri, apakah membuat seseorang itu kafir?
Perlu diketahui, para ulama telah sepakat (baca: ijma’) bahwa dosa meninggalkan shalat lima waktu lebih besar dari dosa-dosa besar lainnya. Ibnu Qayyim Al Jauziyah –rahimahullah– mengatakan, ”Kaum muslimin bersepakat bahwa meninggalkan shalat lima waktu dengan sengaja adalah dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, berzina, mencuri, dan minum minuman keras. Orang yang meninggalkannya akan mendapat hukuman dan kemurkaan Allah serta mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat.”[9]
Adapun berbagai kasus orang yang meninggalkan shalat, kami dapat rinci sebagai berikut:
Kasus pertama: Meninggalkan shalat dengan mengingkari kewajibannya sebagaimana mungkin perkataan sebagian orang, ‘Sholat oleh, ora sholat oleh.’ [Kalau mau shalat boleh-boleh saja, tidak shalat juga tidak apa-apa]. Jika hal ini dilakukan dalam rangka mengingkari hukum wajibnya shalat, orang semacam ini dihukumi kafir tanpa ada perselisihan di antara para ulama.
Kasus kedua: Meninggalkan shalat dengan menganggap gampang dan tidak pernah melaksanakannya.  Bahkan ketika diajak untuk melaksanakannya, malah enggan. Maka orang semacam ini berlaku hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menunjukkan kafirnya orang yang meninggalkan shalat. Inilah pendapat Imam Ahmad, Ishaq, mayoritas ulama salaf dari shahabat dan tabi’in. Contoh hadits mengenai masalah ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat. Barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir.”[10]
Kasus ketiga: Tidak rutin dalam melaksanakan shalat yaitu kadang shalat dan kadang tidak. Maka dia masih dihukumi muslim secara zhohir (yang nampak pada dirinya) dan tidak kafir. Inilah pendapat Ishaq bin Rohuwyah yaitu hendaklah bersikap lemah lembut terhadap orang semacam ini hingga dia kembali ke jalan yang benar. Wal ‘ibroh bilkhotimah (Hukuman baginya dilihat dari keadaan akhir hidupnya).[11]
Kasus keempat: Meninggalkan shalat dan tidak mengetahui bahwa meninggalkan shalat membuat orang kafir. Maka hukum bagi orang semacam ini adalah sebagaimana orang jahil (bodoh). Orang ini tidaklah dikafirkan disebabkan adanya kejahilan pada dirinya yang dinilai sebagai faktor penghalang untuk mendapatkan hukuman.
Kasus kelima: Mengerjakan shalat hingga keluar waktunya. Dia selalu rutin dalam melaksanakannya, namun sering mengerjakan di luar waktunya. Maka orang semacam ini tidaklah kafir, namun dia berdosa dan perbuatan ini sangat tercela sebagaimana Allah berfirman (yang artinya), “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (QS. Al Maa’un [107] : 4-5)[12]
Nasehat Berharga: Jangan Tinggalkan Shalatmu!
Amirul Mukminin, Umar bin Al Khoththob –radhiyallahu ‘anhu– mengatakan, “Sesungguhnya di antara perkara terpenting bagi kalian adalah shalat. Barangsiapa menjaga shalat, berarti dia telah menjaga agama. Barangsiapa yang menyia-nyiakannya, maka untuk amalan lainnya akan lebih disia-siakan lagi. Tidak ada bagian dalam Islam, bagi orang yang meninggalkan shalat.“
Imam Ahmad –rahimahullah– juga mengatakan perkataan yang serupa, “Setiap orang yang meremehkan perkara shalat, berarti telah meremehkan agama. Seseorang memiliki bagian dalam Islam sebanding dengan penjagaannya terhadap shalat lima waktu. Seseorang yang dikatakan semangat dalam Islam adalah orang yang betul-betul memperhatikan shalat lima waktu. Kenalilah dirimu, wahai hamba Allah. Waspadalah! Janganlah engkau menemui Allah, sedangkan engkau tidak memiliki bagian dalam Islam. Kadar Islam dalam hatimu, sesuai dengan kadar shalat dalam hatimu.“[13]
Ibnul Qoyyim mengatakan, “Iman adalah dengan membenarkan (tashdiq). Namun bukan hanya sekedar membenarkan (meyakini) saja, tanpa melaksanakannya (inqiyad). Kalau iman hanyalah membenarkan (tashdiq) saja, tentu iblis, Fir’aun dan kaumnya, kaum sholeh, dan orang Yahudi yang membenarkan bahwa Muhammad adalah utusan Allah (mereka meyakini  hal ini sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka), tentu mereka semua akan disebut orang yang beriman (mu’min-mushoddiq).“[14]
Semoga tulisan sederhana ini dapat memotivasi kita sekalian dan dapat mendorong saudara kita lainnya untuk lebih perhatian terhadap shalat lima waktu. Hanya Allah yang memberi taufik. [15]

MENIKAH MUDA atau MENGEJAR OBSESI??



  
Berapa usia anda, telah 17 tahun ke ataskah ?
Apa yang anda impikan saat ini, mengakhiri masa lajang dengan menikah atau mengejar obsesi masa depan yang cerah ?
Beberapa pertanyaan menggelitik di atas kadang bermunculan di benak kaum muda. Usia 17 tahun ke atas adalah rentang waktu dimana para remaja mulai menghadapi dilema klasik, menikah dini ataukah mengejar cita-cita.
Apalagi di zaman yang serba digital, badai fitnah dan godaan lawan jenis seringkali membuat jiwa terusik hingga menikah menjadi solusi cerdas demi menyelamatkan diri dari gelombang fitnah. Terlebih lagi pernikahan menjanjikan milyaran pahala, kenikmatan dan romantisme seakan terbayang jelas didepan mata.
Namun siapkah anda menghadapi segala konsekwensi dari sebuah pernikahan? Ini Masalahnya !
Nikah Antara Idealitas dan Realitas
Ketika menunda nikah dengan dalih agar lebih fokus pada studi, bahkan tak jarang memasang target yang muluk-muluk, seperti kuliah selesai dahulu lantas bekerja beberapa tahun, memilki rumah, tabungan dan lain-lain baru menjemput jodoh. Terlihat realistis menurut logika manusia, namun semudah dan sesederhana itukah semua rencana itu diwujudkan ?
Dua pilihan yang perlu disikapi dengan bijak.  Menikah identik dengan “ Mesra, Nikmat, Barakah”, setujukah anda dengan ungkapan ini ?  Ya,.. menikah bukan pekerjaan sambilan tapi sebuah ibadah seumur hidup. Menikah itu mengayakan, ketika anda yakin dan menjalaninya dalam koridor keikhlasan beribadah pada Allah Ta’ala. Tak sedikit orang mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan justru setelah menjadi pengantin. Apalagi ketika ia bersanding dengan pendamping yang luar biasa dan mampu mendorong energi besarnya untuk kebaikan pasangannya. Bukankah seringkali kita lihat dan dengar para suami lebih terdongkrak semangat etos kerjanya demi memenuhi tanggung jawabnya menafkahi keluarga ?!
Menikah atau mengejar obsesi ?
Yang dibutuhkan adalah kesiapan lahir batin untuk menjalani salah satunya atau bahkan dua-duanya ketika anda merasa mampu dan siap menghadapi segala resikonya.
Ada kalanya  dengan menunda nikah ada kemaslahatan besar untuk umat sebagaimana kisah Imam Ahmad bin Hambal yang mengakhiri kesendiriannya diusia 40 tahun. Bahkan Imam Syafi’i dan Imam Ath-Thobari membujang hingga akhir hayat dan mereka tidak pernah menganjurkan membujang kepada murid-muridnya.
Realita yang kadang dialami pasutri, ketika masih berstatus gadis dan jejaka mereka antusias menuntut ilmu Syar’i, namun tatkala mereka menikah semangat mudanya untuk thalabul ‘ilmi kendor dan padam. Fenomena yang semoga tidak anda alami.
Sebaliknya, ketika menunda pernikahan dengan alasan mengejar impian, realitanya mereka tidak memiliki komitmen kuat pada target-target masa depannya. Kesendiriannya ia lalui dengan kesibukan yang kurang bermanfaat.
Hidup ini adalah pilihan, obsesi yang melambung dan rasa percaya diri yang berlebihan, kadang membuat orang terlalu mudah melangkah tanpa memperhatikan manfaat dan mafsadah dari sebuah pilihan hidup yang diambilnya.
Disinilah dibutuhkan proses belajar untuk menjadi pribadi yang beraqidah lurus, berakhlak mulia, beramal yang benar, agar mampu menjadi hamba-hamba-Nya yang bertaqwa. Seiring berjalannya waktu, kedewasaan dan kebeningan hati akan semakin membuat seorang remaja memiliki jati diri Islami untuk membuat keputusan-keputusan yang tepat demi masa depan dunia dan akhiratnya.
Nasehat  Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Pertanyaan :
“Ada kebiasaan yang tersebar, yaitu seorang pemudi atau orang tuanya menolak lelaki yang datang melamarnya hanya ( karena alasan ) untuk menyelesaikan pendidikan menengah atas, universitas, atau hanya untuk belajar selama beberapa tahun. Bagaimana hukum seperti itu ? Dan apa nasehat Syaikh bagi mereka yang melakukannya? Di antaranya, ada sebagian wanita mencapai umur 30 tahun atau lebih, namun belum menikah.
Jawab:
Nasehat saya kepada para pemuda dan pemudi untuk segera menikah dan bersegera melangsungkannya, jika dimudahkan melakukannya, sebagaimana sabda Nabi shalallahu’alaihi wa sallam :
يَامَعْشَرَالشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ باِلصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
“ Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah!
Sedangkan barangsiapa yang belum mampu, hendaknya dia berpuasa, sesungguhnya yang demikian itu akan menjadi benteng baginya. (HR. Bukhari, no. 4677)
إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِيْنَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوْهُ إِلَّا تَفْعَلُوُاْ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيْضٌ
“ Jika seseorang ( lelaki) yang kamu ridha terhadap agama dan akhlaqnya datang kepadamu untuk melamar, maka nikahkanlah dia. Jika kamu tidak melakukannya akan terjadi fitnah dimuka bumi dan kerusakan yang besar”.( HR. Tirmidzi, no 1004 dengan sanad yang hasan ).
تَزَوَّجُوا الْوَدُوْدَ الْوَلُوْدَ فَإِنِّيْ مُكَاثِرٌبِكُمُ الْأُمَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“ Nikahilah wanita penyayang lagi subur, sesungguhnya aku akan berbangga dengan jumlah kalian yang banyak atas umat-umat (sebelum kalian) pada hari kiamat”.( HR. Imam Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban. Diriwayatkan pula oleh An- Nasa’i, hadits no. 3175, Abu Dawud hadits no. 1754 )
Dengan menikah, bisa mendatangkan kemaslahatan yang banyak, sebagaimana yang diingatkan oleh Nabi shalallahu ’alaihi wa sallam, seperti dapat menundukkan pandangan, menjaga kemaluan, memperbanyak jumlah umat Islam dan dapat selamat dari kerusakan yang besar dan fitnah yang buruk.
Semoga Allah memberikan taufik kepada seluruh kaum muslimin dan muslimat berupa perkara yang mengandung kebaikan bagi agama dan dunia mereka, sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Kuasa Mengabulkan do’a.

JILBABKU PENUTUP AURATKU!


Jilbab merupakan bagian dari syari’at yang penting untuk dilaksanakan oleh seorang muslimah. Ia bukanlah sekedar identitas atau menjadi hiasan semata dan juga bukan penghalang bagi seorang muslimah untuk menjalankan aktivitas kehidupannya. Menggunakan jilbab yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah wajib dilakukan oleh setiap muslimah, sama seperti ibadah-ibadah lainnya seperti sholat, puasa yang diwajibkan bagi setiap muslim. Ia bukanlah kewajiban terpisah dikarenakan kondisi daerah seperti dikatakan sebagian orang (karena Arab itu berdebu, panas dan sebagainya). Ia juga bukan kewajiban untuk kalangan tertentu (yang sudah naik haji atau anak pesantren).
Benar saudariku… memakai jilbab adalah kewajiban kita sebagai seorang muslimah. Dan dalam pemakaiannya kita juga harus memperhatikan apa yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seperti telah disebutkan pada artikel sebelumnya, terdapat beberapa persyaratan dalam penggunanan jilbab yang sesuai syari’at. Semoga Allah memudahkan penulis memperjelas poin-poin yang ada dalam artikel sebelumnya.
DEFINISI JILBAB
Secara bahasa, dalam kamus al Mu’jam al Wasith 1/128, disebutkan bahwa jilbab memiliki beberapa makna, yaitu:
  1. Qomish (sejenis jubah).
  2. Kain yang menutupi seluruh badan.
  3. Khimar (kerudung).
  4. Pakaian atasan seperti milhafah (selimut).
  5. Semisal selimut (baca: kerudung) yang dipakai seorang wanita untuk menutupi tubuhnya.
Adapun secara istilah, berikut ini perkataan para ulama’ tentang hal ini.
Ibnu Hazm rahimahullah mengatakan, “Jilbab menurut bahasa Arab yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah pakaian yang menutupi seluruh badan, bukan hanya sebagiannya.” Sedangkan Ibnu Katsir mengatakan, “Jilbab adalah semacam selendang yang dikenakan di atas khimar yang sekarang ini sama fungsinya seperti izar (kain penutup).” (Syaikh Al Bani dalam Jilbab Muslimah).
Syaikh bin Baz (dari Program Mausu’ah Fatawa Lajnah wal Imamain) berkata, “Jilbab adalah kain yang diletakkan di atas kepala dan badan di atas kain (dalaman). Jadi, jilbab adalah kain yang dipakai perempuan untuk menutupi kepala, wajah dan seluruh badan. Sedangkan kain untuk menutupi kepala disebut khimar. Jadi perempuan menutupi dengan jilbab, kepala, wajah dan semua badan di atas kain (dalaman).” (bin Baz, 289). Beliau juga mengatakan, “Jilbab adalah rida’ (selendang) yang dipakai di atas khimar (kerudung) seperti abaya (pakaian wanita Saudi).” (bin Baz, 214). Di tempat yang lain beliau mengatakan, “Jilbab adalah kain yang diletakkan seorang perempuan di atas kepala dan badannnya untuk menutupi wajah dan badan, sebagai pakaian tambahan untuk pakaian yang biasa (dipakai di rumah).” (bin Baz, 746). Beliau juga berkata, “Jilbab adalah semua kain yang dipakai seorang perempuan untuk menutupi badan. Kain ini dipakai setelah memakai dar’un (sejenis jubah) dan khimar (kerudung kepala) dengan tujuan menutupi tempat-tempat perhiasan baik asli (baca: aurat) ataupun buatan (misal, kalung, anting-anting, dll).” (bin Baz, 313).
Dalam artikel sebelumnya, terdapat pertanyaan apa beda antara jilbab dengan hijab. Syaikh Al Bani rahimahullah mengatakan, “Setiap jilbab adalah hijab, tetapi tidak semua hijab itu jilbab, sebagaimana yang tampak.” Sehingga memang terkadang kata hijab dimaksudkan untuk makna jilbab. Adapun makna lain dari hijab adalah sesuatu yang menutupi atau meghalangi dirinya, baik berupa tembok, sket ataupun yang lainnya. Inilah yang dimaksud dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat al-Ahzab ayat 53, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah nabi kecuali bila kamu diberi izin… dan apabila kamu meminta sesuatu keperluan kepda mereka (para istri Nabi), maka mintalah dari balik hijab…”
SYARAT-SYARAT PAKAIAN MUSLIMAH
1. Menutup Seluruh Badan Kecuali Yang Dikecualikan
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاء الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَن يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَّحِيماً
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59)
وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا…
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya…” (QS. An Nuur: 31)
Tentang ayat dalam surat An Nuur yang artinya “kecuali yang (biasa) nampak dari padanya”, maka terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama sehingga membawa konsekuensi yang berbeda tentang hukum penggunaan cadar bagi seorang muslimah. Untuk penjelasan rinci, silakan melihat pada artikel yang sangat bagus tentang masalah ini pada artikel Hukum Cadar di www.muslim.or.id.
Dari syarat pertama ini, maka jelaslah bagi seorang muslimah untuk menutup seluruh badan kecuali yang dikecualikan oleh syari’at. Maka, sangat menyedihkan ketika seseorang memaksudkan dirinya memakai jilbab, tapi dapat kita lihat rambut yang keluar baik dari bagian depan ataupun belakang, lengan tangan yang terlihat sampai sehasta, atau leher dan telinganya terlihat jelas sehingga menampakkan perhiasan yang seharusnya ditutupi.
Catatan penting dalam poin ini adalah penggunaan khimar yang merupakan bagian dari syari’at penggunaan jilbab sebagaimana terdapat dalam ayat selanjutnya dalam surat An Nuur ayat 31,
وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ
“Dan hendaklah mereka menutupkan khimar ke dadanya.”
Khumur merupakan jamak dari kata khimar yang berarti sesuatu yang dipakai untuk menutupi bagian kepala. Sayangnya, pemakaian khimar ini sering dilalaikan oleh muslimah sehingga seseorang mencukupkan memakai jilbab saja atau hanya khimar saja. Padahal masing-masing wajib dikenakan, sebagaimana terdapat dalam hadits dari Sa’id bin Jubair mengenai ayat dalam surat Al Ahzab di atas, ia berkata, “Yakni agar mereka melabuhkan jilbabnya. Sedangkan yang namanya jilbab adalah qina’ (kudung) di atas khimar. Seorang muslimah tidak halal untuk terlihat oleh laki-laki asing kecuali dia harus mengenakan qina’ di atas khimarnya yang dapat menutupi bagian kepala dan lehernya.” Hal ini juga terdapat dalam atsar dari ‘Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata,
لابد للمرأة من ثلاثة أثواب تصلي فيهن: درع و جلباب و خمار
“Seorang wanita dalam mengerjakan shalat harus mengenakan tiga pakaian: baju, jilbab dan khimar.” (HR. Ibnu Sa’ad, isnadnya shahih berdasarkan syarat Muslim)
Namun terdapat keringanan bagi wanita yang telah menopause yang tidak ingin kawin sehingga mereka diperbolehkan untuk melepaskan jilbabnya, sebagaimana terdapat dalam surat An Nuur ayat 60:
وَالْقَوَاعِدُ مِنَ النِّسَاء اللَّاتِي لَا يَرْجُونَ نِكَاحاً فَلَيْسَ عَلَيْهِنَّ جُنَاحٌ أَن يَضَعْنَ ثِيَابَهُنَّ غَيْرَ مُتَبَرِّجَاتٍ بِزِينَةٍ وَأَن يَسْتَعْفِفْنَ خَيْرٌ لَّهُنَّ وَاللَّهُ سَمِيعٌ
“Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan, dan berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Bijaksana.”
Ibnu Abbas radhiallahu’anhu mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kata “pakaian” pada ayat di atas adalah “jilbab” dan hal serupa juga dikatakan oleh Ibnu Mas’ud. (Dikeluarkan oleh Abu Dawud dan Al Baihaqi). Dapat pula diketahui di sini, bahwa pemakaian khimar yang dikenakan sebelum jilbab adalah menutupi dada. Lalu bagaimana bisa seseorang dikatakan memakai jilbab jika hanya sampai sebatas leher? Semoga ini menjadi renungan bagi saudariku sekalian.
Berikut ini contoh tampilan khimar dan jilbab. Khimar dikenakan menutupi dada. Setelah itu baru dikenakan jilbab di atasnya. (warna, bentuk dan panjang pakaian dalam gambar hanyalah sebagai contoh).
Khimar
Jilbab
Catatan penting lainnya dari poin ini adalah terdapat anggapan bahwa pakaian wanita yang sesuai syari’at adalah yang berupa jubah terusan (longdress), sehingga ada sebagian muslimah yang memaksakan diri untuk menyambung-nyambung baju dan rok agar dikatakan memakai pakaian longdress. Lajnah Daimah pernah ditanya tentang hal ini, yaitu apakah jilbab harus “terusan” atau “potongan” (ada pakaian atasan dan rok bawahan). Maka jawaban Lajnah Daimah, “Hijab (baca: jilbab) baik terusan ataukah potongan, keduanya tidak mengapa (baca: boleh) asalkan bisa menutupi sebagaimana yang diperintahkan dan disyari’atkan.” Fatwa ini ditandatangani oleh Abdul Aziz bin Baz sebagai ketua dan Abdullah bin Ghadayan sebagai anggota (Fatawa Lajnah Daimah 17/293, no fatwa: 7791, Maktabah Syamilah). Dengan demikian, jelaslah tentang tidak benarnya anggapan sebagian muslimah yang mempersyaratkan jubah terusan (longdress) bagi pakaian muslimah. Camkanlah ini wahai saudariku!
2. Bukan Berfungsi Sebagai Perhiasan
Hal ini sebagaimana terdapat dalam surat An Nuur ayat 31, “…Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya…” Ketika jilbab dan pakaian wanita dikenakan agar aurat dan perhiasan mereka tidak nampak, maka tidak tepat ketika menjadikan pakaian atau jilbab itu sebagai perhiasan karena tujuan awal untuk menutupi perhiasan menjadi hilang. Banyak kesalahan yang timbul karena poin ini terlewatkan, sehingga seseorang merasa sah-sah saja menggunakan jilbab dan pakaian indah dengan warna-warni yang lembut dengan motif bunga yang cantik, dihiasi dengan benang-benang emas dan perak atau meletakkan berbagai pernak-pernik perhiasan pada jilbab mereka.
Namun, terdapat kesalahpahaman juga bahwa jika seseorang tidak mengenakan jilbab berwarna hitam maka berarti jilbabnya berfungsi sebagai perhiasan. Hal ini berdasarkan beberapa atsar tentang perbuatan para sahabat wanita di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengenakan pakaian yang berwarna selain hitam. Salah satunya adalah atsar dari Ibrahim An Nakhai,
أنه كان يدخل مع علقمة و الأسود على أزواج النبي صلى الله عليه و سلم و يرا هن في اللحف الحمر
“Bahwa ia bersama Alqomah dan Al Aswad pernah mengunjungi para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ia melihat mereka mengenakan mantel-mantel berwarna merah.” (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam kitab Al Mushannaf)
Catatan: Masalah warna ini berlaku bagi wanita. Adapun bagi pria, terdapat hadits yang menerangkan pelarangan penggunaan pakaian berwarna merah.
Dengan demikian, tolak ukur “Pakaian perhiasan ataukah bukan adalah berdasarkan ‘urf (kebiasaan).” (keterangan dari Syaikh Ali Al Halabi). Sehingga suatu warna atau motif menarik perhatian pada suatu masyarakat maka itu terlarang dan hal ini boleh jadi tidak berlaku pada masyarakat lain.
3. Kainnya Harus Tebal, Tidak Tipis
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang dua kelompok yang termasuk ahli neraka dan beliau belum pernah melihatnya,
وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
“Dua kelompok termasuk ahli neraka, aku belum pernah melihatnya, suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, mereka memukul manusia dengan cambuknya dan wanita yang kasiyat (berpakaian tapi telanjang, baik karena tipis atau pendek yang tidak menutup auratnya), mailat mumilat (bergaya ketika berjalan, ingin diperhatikan orang), kepala mereka seperti punuk onta. Mereka tidak masuk surga dan tidak mendapatkan baunya, padahal baunya didapati dengan perjalanan demikian dan demikian.” (HR. Muslim 3971, Ahmad 8311 dan Imam Malik 1421 – lihat majalah Al Furqon Gresik)
Ambil dan camkanlah hadits ini wahai saudariku, karena ancamannya demikian keras sehingga para ulama memasukkannya dalam dosa-dosa besar. Betapa banyak wanita muslimah yang seakan-akan menutupi badannya, namun pada hakekatnya telanjang. Maka dalam pemilihan bahan pakaian yang akan kita kenakan juga harus diperhatikan karena sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abdil Barr, “Bahan yang tipis dapat menggambarkan bentuk tubuh dan tidak dapat menyembunyikannya.” Syaikh Al Bani juga menegaskan, “Yang tipis (transparan) itu lebih parah dari yang menggambarkan lekuk tubuh (tapi tebal).” Bahkan kita ketahui, bahan yang tipis terkadang lebih mudah dalam mengikuti lekuk tubuh sehingga sekalipun tidak transparan, bentuk tubuh seorang wanita menjadi mudah terlihat.
4. Harus Longgar, Tidak Ketat
Selain kain yang tebal dan tidak tipis, maka pakaian tersebut haruslah longgar, tidak ketat, sehingga tidak menampakkan bentuk tubuh wanita muslimah. Hal ini sebagaimana terdapat dalam hadits dari Usamah bin Zaid ketika ia diberikan baju Qubthiyah yang tebal oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia memberikan baju tersebut kepada istrinya. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetahuinya, beliau bersabda,
مرْها فلتجعل تحتها غلالة فإني أخاف أن تصف حجم عظمها
“Perintahkanlah ia agar mengenakan baju dalam di balik Qubthiyah itu, karena saya khawatir baju itu masih bisa menggambarkan bentuk tubuh.” (HR. Ad Dhiya’ Al Maqdisi, Ahmad dan Baihaqi dengan sanad hasan)
Maka tidak tepat jika seseorang mencukupkan dengan memakai rok, namun ternyata tetap memperlihatkan pinggul, kaki atau betisnya. Maka jika pakaian tersebut telah cukup tebal dan longgar namun tetap memperlihatkan bentuk tubuh, maka dianjurkan bagi seorang muslimah untuk memakai lapisan dalam. Namun janganlah mencukupkan dengan kaos kaki panjang, karena ini tidak cukup untuk menutupi bentuk tubuh (terutama untuk para saudariku yang sering tersingkap roknya ketika menaiki motor sehingga terlihatlah bentuk betisnya). Poin ini juga menjadi jawaban bagi seseorang yang membolehkan penggunaan celana dengan alasan longgar dan pinggulnya ditutupi oleh baju yang panjang. Celana boleh digunakan untuk menjadi lapisan namun bukan inti dari pakaian yang kita kenakan. Karena bentuk tubuh tetap terlihat dan hal itu menyerupai pakaian kaum laki-laki. (lihat poin 6). Jika ada yang beralasan, celana supaya fleksibel. Maka, tidakkah ia ketahui bahwa rok bahkan lebih fleksibel lagi jika memang sesuai persyaratan (jangan dibayangkan rok yang ketat/span). Kalaupun rok tidak fleksibel (walaupun pada asalnya fleksibel) apakah kita menganggap logika kita (yang mengatakan celana lebih fleksibel) lebih benar daripada syari’at yang telah Allah dan Rasul-Nya tetapkan. Renungkanlah wahai saudariku!
5. Tidak Diberi Wewangian atau Parfum
Perhatikanlah salah satu sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkaitan tentang wanita-wanita yang memakai wewangian ketika keluar rumah,
ايّما امرأةٍ استعطرتْ فمَرّتْ على قوم ليَجِدُوا رِيْحِها، فهيا زانِيةٌٍ
“Siapapun perempuan yang memakai wewangian, lalu ia melewati kaum laki-laki agar mereka mendapatkan baunya, maka ia adalah pezina.” (HR. Tirmidzi)
أيما امرأة أصابت بخورا فلا تشهد معنا العشاء الاخرة
“Siapapun perempuan yang memakai bakhur, maka janganlah ia menyertai kami dalam menunaikan shalat isya’.” (HR. Muslim)
Syaikh Al Bani berkata, “Wewangian itu selain ada yang digunakan pada badan, ada pula yang digunakan pada pakaian.” Syaikh juga mengingatkan tentang penggunaan bakhur (wewangian yang dihasilkan dari pengasapan) yang ini lebih banyak digunakan untuk pakaian bahkan lebih khusus untuk pakaian. Maka hendaknya kita lebih berhati-hati lagi dalam menggunakan segala jenis bahan yang dapat menimbulkan wewangian pada pakaian yang kita kenakan keluar, semisal produk-produk pelicin pakaian yang disemprotkan untuk menghaluskan dan mewangikan pakaian (bahkan pada kenyataannya, bau wangi produk-produk tersebut sangat menyengat dan mudah tercium ketika terbawa angin). Lain halnya dengan produk yang memang secara tidak langsung dan tidak bisa dihindari membuat pakaian menjadi wangi semisal deterjen yang digunakan ketika mencuci.
6. Tidak Menyerupai Pakaian Laki-Laki
Terdapat hadits-hadits yang menunjukkan larangan seorang wanita menyerupai laki-laki atau sebaliknya (tidak terbatas pada pakaian saja). Salah satu hadits yang melarang penyerupaan dalam masalah pakaian adalah hadits dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, ia berkata
لعن رسول الله صلى الله عليه و سلم الرجل يلبس لبسة المرأة و المرأة تلبس لبسة الرجل
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat pria yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian pria.” (HR. Abu Dawud)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Kesamaan dalam perkara lahir mengakibatkan kesamaan dan keserupaan dalam akhlak dan perbuatan.” Dengan menyerupai pakaian laki-laki, maka seorang wanita akan terpengaruh dengan perangai laki-laki dimana ia akan menampakkan badannya dan menghilangkan rasa malu yang disyari’atkan bagi wanita. Bahkan yang berdampak parah jika sampai membawa kepada maksiat lain, yaitu terbawa sifat kelaki-lakian, sehingga pada akhirnya menyukai sesama wanita. Wal’iyyadzubillah.
Terdapat dua landasan yang dapat digunakan sebagai acuan bagi kita untuk menghindari penggunaan pakaian yang menyerupai laki-laki.
  1. Pakaian tersebut membedakan antara pria dan wanita.
  2. Tertutupnya kaum wanita.
Sehingga dalam penggunaan pakaian yang sesuai syari’at ketika menghadapi yang bukan mahromnya adalah tidak sekedar yang membedakan antara pria dan wanita namun tidak tertutup atau sekedar tertutup tapi tidak membedakan dengan pakaian pria. Keduanya saling berkaitan. Lebih jelas lagi adalah perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab Al Kawakib yang dikutip oleh syaikh Al Bani, yang penulis ringkas menjadi poin-poin sebagai berikut untuk memudahkan pemahaman,
  1. Prinsipnya bukan semata-mata apa yang dipilih, disukai dan biasa dipakai kaum pria dan kaum wanita.
  2. Juga bukan pakaian tertentu yang dinyatakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atau yang dikenakan oleh kaum pria dan wanita di masa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  3. Jenis pakaian yang digunakan sebagai penutup juga tidak ditentukan (sehingga jika seseorang memakai celana panjang dan kaos kemudian menutup pakaian dan jilbab di atasnya yang sesuai perintah syari’at sehingga bentuk tubuhnya tidak tampak, maka yang seperti ini tidak mengapa -pen)
Kesimpulannya, yang membedakan antara jenis pakaian pria dan wanita kembali kepada apa yang sesuai dengan apa yang diperintahkan bagi pria dan apa yang diperintahkan bagi kaum wanita. Namun yang perlu diingat, pelarangan ini adalah dalam hal-hal yang tidak sesuai fitrahnya. Syaikh Muhammad bin Abu Jumrah rahimahullah sebagaimana dikutip oleh Syaikh Al Bani mengatakan, “Yang dilarang adalah masalah pakaian, gerak-gerik dan lainnya, bukan penyerupaan dalam perkara kebaikan.”
7. Tidak Menyerupai Pakaian Wanita-Wanita Kafir
Banyak dari poin-poin yang telah disebutkan sebelumnya menjadi terasa berat untuk dilaksanakan oleh seorang wanita karena telah terpengaruh dengan pakaian wanita-wanita kafir. Betapa kita ketahui, mereka (orang kafir) suka menampakkan bentuk dan lekuk tubuh, memakai pakaian yang transparan, tidak peduli dengan penyerupaan pakaian wanita dengan pria. Bahkan terkadang mereka mendesain pakaian untuk wanita maskulin! Hanya kepada Allah-lah kita memohon perlindungan dan meminta pertolongan untuk dijauhkan dari kecintaan kepada orang-orang kafir. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al Hadid [57]: 16)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Firman Allah, ‘Janganlah mereka seperti…’ merupakan larangan mutlak dari tindakan menyerupai mereka….” (Al Iqtidha, dikutip oleh Syaikh Al Bani)
8. Bukan Pakaian Untuk Mencari Popularitas
“Barangsiapa mengenakan pakaian syuhrah (untuk mencari popularitas) di dunia, niscaya Allah mengenakan pakaian kehinaan pada hari kiamat, kemudian membakarnya dengan api naar.”
Adapun libas syuhrah (pakaian untuk mencari popularitas) adalah setiap pakaian yang dipakai dengan tujuan meraih popularitas di tengah-tengah orang banyak, baik pakaian tersebut mahal, yang dipakai seseorang untuk berbangga dengan dunia dan perhiasannya, maupun pakaian yang bernilai rendah yang dipakai seseorang untuk menampakkan kezuhudan dan dengan tujuan riya. (Jilbab Muslimah)
Namun bukan berarti di sini seseorang tidak boleh memakai pakaian yang baik, atau bernilai mahal. Karena pengharaman di sini sebagaimana dikatakan oleh Imam Asy Syaukani adalah berkaitan dengan keinginan meraih popularitas. Jadi, yang dipakai sebagai patokan adalah tujuan memakainya. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala suka jika hambanya menampakkan kenikmatan yang telah Allah berikan padanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ يُحِبَّ أَنْ يَرَى أَثَرَ نِعْمَتِهِ عَلَى عَبْدِهِ
“Sesungguhnya Allah menyukai jika melihat bekas kenikmatan yang diberikan oleh-Nya ada pada seorang hamba.” (HR. Tirmidzi)
PENUTUP
Demikian sedikit penjelasan tentang pengertian jilbab dan penjelasan dari poin-poin tentang persyaratan jilbab muslimah yang sesuai syari’at. Saudariku… janganlah kita terpedaya dengan segala aktifitas dan perkataan orang yang menjadikan seseorang cenderung merasa tidak mungkin untuk menggunakan jilbab yang sesuai syari’at. Ingatlah, bahwa sesungguhnya tidak ada teman di hari akhir yang mau menanggung dosa yang kita lakukan. Hanya kepada Allahlah kita memohon pertolongan ketika menjalankan segala ibadah yang telah disyari’atkan. Semoga artikel ini juga dapat menjawab berbagai pertanyaan dan komentar yang masuk pada artikel-artikel sebelumnya. Wallahu a’lam.

Tutuplah Auratmu Sekarang, Sebelum Auratmu Ditutupkan!

#DakwahJomblo | Wanita zaman sekarang ternyata masih banyak yang belum menggunakan hijab, padahal agama Islam telah mewajibkan untuk menggunakan hijab atau jilbab bagi setiap muslimah. Namun, karena berbagai alasan mereka mencoba menghindar dalam melaksanakan perintah Allah SWT tersebut. Salah satu alasan standart mereka untuk tidak menggunakan jilbab yakni karena panas, karena pekerjaan menganjurkan untuk melepas jilbab, karena takut tidak menemukan jodoh. Padahal Semua hal itu bisa diselesaikan tanpa harus melepas jilbab. Dan ada satu alasan yang paling sering digunakan, yakni ngapain pakai jilbab kalau masih sering buat dosa! Mending hijabin hati dulu. Nah, Alasan seperti ini sebenarnya tidak masuk akal. Berhijab / menutup aurat adalah kewajiban untuk setiap muslimah.
Berikut Ayat Al-Qur’an yang Memerintahkan setiap muslimah wajib menggunakan Hijab.
Iklan
يا أيها النبي قل لأزواجك وبناتك ونساء المؤمنين يدنين عليهن من جلابيبهن ذلك أدنى أن يعرفن فلا يؤذين وكان الله غفورا رحيما
Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang. – (Q.S Al-Ahzab:59)
Nah, Bagaimana dengan wanita berhijab tetapi tidak menggunakan hijab syar’i? Kita sering melihat, zaman sekarang wanita muslimah menggunakan hijab tidak semestinya, mereka masih menampakkan bentuk tubuh mereka padahal jilbab digunakan untuk menutup aurat termasuk tubuh.
وقل للمؤمنات يغضضن من أبصارهن ويحفظن فروجهن ولا يبدين زينتهن إلا ما ظهر منها وليضربن بخمرهن على جيوبهن ولا يبدين زينتهن إلا لبعولتهن أو آبائهن أو آباء بعولتهن أو أبنائهن أو أبناء بعولتهن أو إخوانهن أو بني إخوانهن أو بني أخواتهن أو نسائهن أو ما ملكت أيمانهن أو التابعين غير أولي الإربة من الرجال أو الطفل الذين لم يظهروا على عورات النساء ولا يضربن بأرجلهن ليعلم ما يخفين من زينتهن وتوبوا إلى الله جميعا أيها المؤمنون لعلكم تفلحون
Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.(Q.S An-Nur:31)
Dan ada juga hadits yang memerintahkan untuk menutup aurat atau jika tidak mereka akan digantung rambutnya hingga otaknya mendidih di neraka.
“Wahai anakku Fatimah! Adapun perempuan-perempuan yang akan digantung rambutnya hingga mendidih otaknya dalam neraka adalah mereka itu di dunia tidak mau menutup rambutnya daripada dilihat oleh lelaki yang bukan mahramnya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim).
Bagi laki-laki juga demikian haruslah menutup aurat jangan pikir laki-laki tidak memiliki Aurat. Aurat laki-laki dari pusar hingga lutut. Dan jangan pula laki-laki atau perempuan menunjukan aurat mereka ke sesama jenisnya.
Bagaimana sekarang? Apakah kamu masih ingin memamerkan auratmu kepada yang bukan mahrammu? Tutuplah auratmu sekarang sebelum auratmu ditutupkan, behijablah kamu sekarang sebelum kamu dihijabkan. Maksudnya tutup aurat kita sekarang sebelum ajal menjemput kita dan tidak ada waktu tobat yang kita miliki untuk menebus dosa kita selama ini termasuk memamerkan aurat.
 sumber:http://www.dakwahjomblo.com/id/1272-tutuplah-auratmu-sekarang-sebelum-auratmu-ditutupkan

Cerpen Remaja "No Pacaran"


Sore itu begitu cerah, tak ada mendung sama sekali bahkan cenderung panas. Namun teriknya suasana sore tidak mengalahkan niatku untuk kembali berangkat ke sekolah, berlatih ekskul paskib. Tidak seperti hari-hari latihan lainnya sore itu aku benar-benar semangat. Semangku bukan karena akan latihan ekskul namun sejujurnya lebih karena nanti di ekskul aku tentu akan bertemu dengan orang yang aku sayangi.

Aku adalah siswa kelas 1 sekolah menengah atas, panggil saja aku dengan sebutan Lara. Aku merupakan salah satu siswa berprestasi, sudah sejak sekolah dasar aku selalu dapat peringkat. Saat lulusan SMP kemarin aku dapat juara umum dan mendapatkan hadiah dari bapak kepala sekolah. Karena itulah orang tuaku sangat bangga padaku, bagaimana tidak, selain cantik, pintar aku juga rajin menabung, he e e e.... Ya, setidaknya begitulah kata sebagian besar teman-temanku.

Saat ini aku masih kelas 1 dan sudah dapat setengah semester tapi aku tetap tenang meskipun sudah mendekati semester karena selama ini aku sudah belajar seperti biasanya. Aku memang rajin, dan selalu memperhatikan guru jadi meski aku jarang mengulang pelajaran yang diajarkan namun aku tetap bisa dan mengerti, buktinya saat ada ulangan harian aku selalu mendapatkan nilai bagus. Karena itulah aku santai dalam belajar karena aku yakin aku pasti bisa mendapatkan peringkat.

Kembali ke acaraku hari ini, sekarang aku sudah selesai siap-siap dan akan berangkat ke sekolah. Aku sudah tidak sabar ingin cepat sampai disana. Karena aku akan bertemu dengan David, kakak senior yang siang tadi telah menyatakan cintanya padaku. Siang tadi adalah hari bersejarah karena aku dan David sudah berikrar untuk pacaran.
"Ma..... aku berangkat ekskul....!"
"Ya..... hati-hati di jalan....!

Rumahku tidak begitu jauh dari sekolah, jadi aku jalan kaki. Baru beberapa meter berjalan tiba-tiba adalah suara motor di belakangku. Aku menoleh dan ternyata David sudah tepat mengendarai motor di belakangku.
"Mau bareng gak....yuk..."
"Yuk,.."

Meski hanya beberapa meter tapi akhirnya aku berankat berdua bersama David dengan motor.... "Kenapa tadi tidak menunggu saja di depan rumah?" ucap David. "Iya.... aku nunggu sambil jalan, kiraian kakak udah berangkat" jawabku dengan malu-malu.

Selama di perjalanan hatiku berdebar kencang, baru kali ini aku merasakan hal seperti itu. Dan saat aku turun dari motor ia menatapku dengan penuh mesra. Aku tak kuasa menahan malu dan aku langsung berlari menghambur ke arah teman-teman yang lain.

Begitulah, melalui aktivitas ekskul paskib aku menjadi semakin dekat dan semakin akrab dengan David. Bahkan bukan hanya saat kegiatan paskibra saja tapi di luar itu pun aku sudah mulai sering berdua dari pulang bareng, berangkat bareng, dikantin bareng dan lain - lain.

Karena ada David aku sekarang tambah rajin ke sekolah. Bahkan pernah sekali waktu aku kurang enak badan tetapi aku memaksakan diri ke sekolah meski akhirnya aku harus pulang. Saat itu bahkan aku sampai di marah oleh ayah dan ibuku karena teledor dan ceroboh dalam menjaga kesehatan.

Semakin hari aku semakin banyak menghabiskan waktu di sekolah, berangkat pagi, siang pulang dan sore pun aku pasti ada alasan untuk berangkat lagi ke sekolah. Aku semakin sibuk, ada banyak kegiatan mulai dari belajar kelompok, kegiatan ekskul, basket dan lain sebagainya. Tak terasa satu semester hampir selesai, minggu depan kami sudah harus menghadapi ujian semesteran.
"Yang, minggu depan sudah semesteran, itu berarti kita tidak bisa ketemuan seperti biasa ya..."
"Iyalah kak, namanya mau ulangan ya belajar...."
"Tapi apa kakak bisa ya kalau seminggu tidak bertemu kamu?"
"Em... aku juga mungkin seperti itu kak, pasti akan kangen...."

Percakapan sore itu terputus sampai disitu karena tiba-tiba saat kami sedang jalan di depan rumah dari sekolah ayahku memanggilku dari halaman. Terpaksa, dengan sedikit khawatir aku mempercepat langkah dan kami berpisah tanpa kata.

Seminggu berlalu, kini tinggal menunggu hasil semester, aku optimis pasti mendapatkan peringkat karena soalnya mudah. Tapi.... ternyata hasil di luar yang aku harapkan.
Saat itu hasil semester ternyata tidak memuaskan, dari semua mata pelajaran hanya dua yang mendapatkan nilai 9 dan yang lain di bawah 8. Semua hasil telah dibagikan dan hasil ulangan tersebut sudah di tangan orang tuaku.

"Lara....coba sini....!" panggil ayah dari ruang TV
"Iya yah...." jawabku
"Ini apa...?" ucap ayahku sambil menunjukkan hasil nilai semester yang aku dapat
"Iya yah....maaf...." jawabku dengan menunduk, aku benar-benar takut
"Kenapa minta maaf, ini nilai kamu, yang butuh kamu, ayah dan ibu gak butuh nilai jadi minta maaf sama diri kamu sendiri..." ucap ayahku dengan nada lebih keras
"Nilai ulanganmu bagus-bagus tapi kenapa ini seperti ini? bunda menimpali
"Lara sudah lupa belajar, dia sibuk main, pacaran dia nda..." ucap ayah dengan ada keras.
"Benar Lara.....?" tanya bunda
"Aa.....tidak bunda...." jawabku dengan gugup
"Terserah kamu mau jujur sama ayah dan ibu ato tidak, pokoknya no pacaran!" ucap ayah "kalau sampai ayah lihat kamu nggak bisa dipercaya ayah dan bunda bakal keluarkan kamu dari sekolah, lebih baik kamu dinikahkan saja sekalian!" lanjut ayah.

Ya, hari itu mendung gelap menyelimuti hati dan perasaanku. Ternyata, apa yang aku lakukan selama ini salah dimata orang tuaku, aku tidak boleh pacaran dan mereka tahu bahwa aku pacaran. Entah dari mana mereka tahu, aku sangat heran. Saat itu aku tidak berani keluar, aku tiduran di kamar sambil pusing dan gelisah. Aku tidak tahu harus bagaimana, aku tidak bisa memutuskan David tapi aku juga tidak bisa menentang orang tuaku. Masih dalam keadaan pusing tiba-tiba bunda masuk ke kamar....

Sambil mengelus rambutku ia berkata "bukan kami tak sayang kamu Lara, ayah bunda ingin memberikan yang terbaik. Coba bayangkan, baru segini saja kamu sudah tidak fokus belajar lalu bagaimana nanti?" Aku hanya terdiam mendengar perkataan bunda. "Sudah kamu tidak usah sedih, pada waktunya nanti kami akan dukung kamu, sekarang waktu kamu adalah untuk belajar, demi masa depan kamu..." ucap bunda. "Iya bunda.." jawabku pelan.

Diakhir percakapan itu bunda memberikan nasehat bahwa ayah dan bunda tidak akan memaksa, jika memang aku tidak setuju maka aku boleh pacaran tapi jika aku tahu maksud ayah dan bunda tentu aku akan menuruti nasehat mereka.

Malam itu aku tidak bisa tidur, sampai larut aku terus gelisah dan bingung tak menentu tapi akhirnya aku pasrah. Aku ingat pesan nenek bahwa aku sebagai anak pertama harus bisa menjadi kebanggaan keluarga, harus rajin belajar dan kuat menahan godaan. Akhirnya aku memutuskan untuk tidak lagi pacaran. Aku berikrar "No Pacaran" dalam hatiku.


--- Tamat --
sumber:http://kumpulan-cerpen-singkat-terbaru.blogspot.co.id/2015/07/cerpen-remaja-no-pacaran.html

Lebih baik berteman daripada pacaran



Ada seorang sahabat yang menyatakan “aku akan menikahai temanku sendiri, yang telah aku kenal lama”. Setuju banget dengan hal ini.


1. Pernikahan itu gak main main.
Jangan sampai setelah menikah baru sadar kalau pasangan kita memiliki sifat buruk ini itu, ‪#‎KESALAHAN‬ CARA BERKENALAN.
2. Teman itu paling jujur.
Saat kita berteman dengan seseorang seluruh sifatnya akan ketahuan, semakin lama kita berteman semakin banyak sifat yang ketahunan. ‪#‎GAK‬ AKAN SALAH PILIH PASANGAN
3. Masa depan lebih kelihatan
Boleh jadi sesorang buruk dulunya, berusaha berubah sekarang dan menjadi orang biak dimasa depan.
4. Pacaran terkadang itu pembutaan
Gak munafik kalau pasti seseoarang akan tampil sebaik mungkin di depan orang yang disukainya, sebisa mungkin seseorang akan menyimpan aibnya agar tak ketahuan, akhirnya muncul istilah. ‪#‎Perikahan‬ Tak Seindah Masa pacaran. Masih mau coba?
5. Banyak mantan banyak lawan
Banyak sekarang yang susah akur sama mantan, jadi sungkan (malu) untuk baikan katanya takut dianggap meberi kesempatan, yang ada gak nyapa dan cuek. Padahal banyak teman banyak rezki berati kita sama artinya nolak rezki dong. ‪#‎mikir

6. Coba renungkan
Ketika anak kita bertengkar (dalam bahasa jawa)
A:tak kandakne bapak ku we..., we nakal...
     (Kamu aku bilangin bapakku , kamu nakal)
B: gak wedi, tak kandakne ibuk .. weeek
    (Gak takut , kamu aku bilangin ibuk.. weeek)
A: bapaak ku lho tetara... ben di bedel we mengko.
     (Bapak aku kan tentara, biar di tembak kamu nanti)
B: gak wedi.... kandak no... tak kandakne ibuk ku.
     ( gak takut, bilangin aja. Pokoknya kamu aku bilangin ibuk)
A: ibuk mu lho opo?
    (Ibuk kamu lo apa?)
B: ibuk ku lho mantane bapakmu..
     (Ibuk aku lo mantan bapakmu)
‪#‎renungkan‬ kalau ini terjadi pada anak kita.
7. Galau gak ada yang perhatian.
Emang diperhatiin lawan jenis lebih menyenagkan, makanya baik  pada setiap orang biar di perhatikan disemangatin setiap orang. Tanam perhatian panen perhatian tanam permusuhan panen permusuhan. Apalagi waktu kuliah gini yang perbandinganya 10:1 10pria 1wanita atau sebaliknya di fakultas seberang. Siapa yang mau perhatian.
8. Segera tamatkan studi segera bekerja dan walimahan
Menikah tambah rezki, gak percaya secara sikologis yang normal kalian punya tanggungan untuk menghidupi keluarga usaha pasti lebih keras dari pada saat sendirian. Kedua rezki dua orang disatukan jadi dua. Yang ke-3 dapat temen diskusi dan bercurah perhatian.
9. Pacaran setelah menikah tu enak.
Aku emang belum ngerasain tapi bayangin aja, senyum, gandengan tangan, peluk,cium di anggap sebagi ibadah dan diganjar pahala besar (ibadah ternikmat) ‪#‎jangan‬ dibayangin berlebihan bahaya.. Tapi kalo belum menikah dosa besar. #jangan tunda menikah kalo udah siap.
10. Nikahi teman lebih aman
Mulai sekarang lebih luwes dalam berteman, siapat tahu orang yang terbaik ada di samping kita setiap hari, suami yang baik atau istri yang hebat. Yang sampai sekarang masih saja dicampakan,padahal berkompeten. ‪
sumber: https://auraima.blogspot.co.id/2014/08/lebih-baik-berteman-daripada-pacaran.html?showComment=1485410508994#c2549731882415701024